Senin, 29 Juli 2013

Desa Hajoran, Kampungnya Nantulang ( Mertua Perempuan/Mertokap )

Desa ini merupakan kampung halaman beta juga namanya, maklumlah sang istri punya mamak dan mamaknya itu kelahiran di desa ini.  Kakaknya yang tertua ( Tulang ) tinggal disana, yang satu adiknya perempuan di Sungai Durian, yang satu lagi adiknya yang bungsu, pemilik salon idola di dekat pos polisi gunungtua, namanya tulang istar dan yang lainya merantau ke medan, dari 9 bersaudara, ( nanti saya tanya lagi, maklum, nggak gitu ngerti tutur tinular ), he.. he,,, 
nih saya kasih cerita  tentang hajoran, karena sang istripun kagak ngerti kebanyakan, sumbernya hasil cerita/data dari tua tengganai, ke tekape disana. Ini hasil editan dari RPJM Desa Hajoran:

SEKELUMIT DENGAN DESA HAJORAN

1.        Kondisi Geografis Desa

a.      Letak dan Luas Desa
     Desa Hajoran  memiliki luas wilayah 600 Ha. Atau 6 Km2

Desa Hajoran  masuk dalam wilayah Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara. Berjarak +  2 km arah Timur dari Kantor Camat Padang Bolak, dengan batas-batas sebagai berikut :

-     Sebelah Utara berbatas dengan Tanah Adat Purba Sinomba.
-     Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Gunung Tua Jae.
-     Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Gunung Tua.
-     Sebelah Barat berbatas dengan Desa Purba Sinomba.

b.     Peruntukkan dan Manfaat Lahan

Sebagian besar lahan yang ada di desa dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan di desa dapat terlihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1
Luas Lahan menurut Peruntukan di Desa Hajoran  Tahun 2011

c.      Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan di Desa terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Milik rakyat                        = 597,86 Ha
2. Milik Desa                          =     2,14 Ha
3. Milik Pemerintah              =     -  Ha
d.     Keadaan Tanah
Tanah di Desa ini merupakan tanah Liat campur batu gunung dengan demikian sebagian besar lahan di Desa ini cocok untuk lahan Pertanian, Persawahan dan Perkebunan seperti : Tanaman Padi, Karet dan Kelapa Sawit.
Demikian pula tanah kering perbukitan yang sedikit  bergelombang sangat cocok dimanfaatkan sebagai areal perkebunan rakyat seperti karet, kelapa sawit, cacao, dan lain-lain.
2.      Kondisi Demografis
a.   Jumlah Penduduk
Dari data tahun 2010 – 2011, tercatat jumlah penduduk Desa Hajoran  sebanyak  723  jiwa. Yang terdiri atas 397 jiwa laki-laki dan 326 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarg (KK), Desa Hajoran  dihuni oleh 146 Kepala Keluarga. Dari angka tersebut kepadatan penduduk dapat dihitung sebagai berikut, yakni :
Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Desa berdasarkan jenis kelamin dan agama terlihat pada tabel berikut :

No
Nama Desa
Jumlah Penduduk
Agama
Lk
Pr
Total
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Bu dha
1.
Hajoran
397
326
723
723


































JUMLAH
397
326
723
723





b.  Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Hajoran  adalah merupakan desa pertanian. Maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani.
Dari jumlah KK( 39 KK) yang ada lebih kurang 36 KK ( 92%) adalah petani. Selebihnya   KK ada yang bekerja sebagai pedagang, PNS, Guru, tukang  dan lain-lain.
Dilihat dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat Desa Hajoran  tergolong ke dalam kategori (miskin, menengah dan kaya). Dari luas Desa 489 Ha dimiliki oleh :



                 Sementara kemampuan produksi perkebunan di Desa Hajoran   minimal 250 Kg/Ha per 1x panen /2 minggu Jika dalam 1 bulan 2 x panen, maka produksi karet menjadi 0,5 ton/ha/bln.  Kalau harga karet berkisar Rp. 10.000,- maka per hektar bisa menghasilkan Rp. 500.0000,- Karena 31 KK (7,16 %) hanya memiliki  35 Ha, maka penghasilan rata-rata petani kk miskin di Desa Hajoran  hanya Rp. 16.129.000,-/tahun atau   Rp. 520.00,- / bulan / kk. 
                 Dari uraian di atas jelas tergambar masih lemahnya kondisi perekonomian warga desa. Dan diperlukan terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan pendapatan masyarakat baik di bidang pertanian itu sendiri ataupun pada sektor lain.

c.      Kondisi Sosial Budaya

                 Kehidupan masyarakat Desa sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir – dewasa/ berumahtangga – mati), seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir selalu dilakukan oleh warga masyarakat. Selain itu, tradisi Kenduri, Syukuran gotong royong, bersih desa dan semacamnya juga masih dilakukan setiap tahun.

                 Kegotongroyongan masyarakat masih kuat. Kebiasaan menjenguk orang sakit (tetangga atau sanak famili) masih dilakukan oleh masyarakat. Biasanya ketika menjenguk orang sakit, bukan makanan yang dibawa, tetapi mereka mengumpulkan uang bersama-sama warga untuk kemudian disumbangkan kepada si sakit untuk meringankan beban biaya. Kebiasaan saling membantu memperbaiki rumah atau membantu tetangga yang mengadakan perhelatan juga masih dilakukan. Semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggaan di desa ini masih erat/ kuat.

                 Kesenian yang paling disukai oleh warga desa ini adalah kesenian daerah seperti Nasyid.  Namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik dangdut dan musik-musik modern lainnya. Kelompok-kelompok kesenian tradisional tampak mulai mengendor kegiatannya.

                 Kondisi kesehatan masyarakat tergolong kurang, terutama belum adanya  Polindes beserta Bidan Desa. Namun demikian, pada musim-musim tertentu warga masyarakat sering mengalami gangguan kesehatan, terutama flu, demam, batuk-batuk. Keberadaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang, selaras dengan semakin baiknya perekonomian masyarakat.  Balita yang mengalami gizi kurang pada umumnya terjadi di wilayah perbukitan.

                 Kegiatan pengamanan (siskamling) desa secara bersama tergolong masih baik, meskipun tampak mulai mengendor. Kendornya kegiatan siskamling ini disebabkan  karena semakin banyak waktu yang digunakan oleh warga masyarakat untuk mencari nafkah (bekerja).




d.     Sarana dan Prasarana

                 Di desa ini telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa.  Keadaan jalan desa secara umum cukup , namun apabila musim hujan tiba dibeberapa tempat mengalami kerusakan jalan.  Jalan beraspal belum/sudah ada di desa ini.

Tabel
Prasarana Perhubungan
No
Jenis Prasarana
Kuantitas / Panjang
Keterangan
1.
Jalan Kabupaten
26  km
kondisi rusak
2.
Jalan Desa
3  km
kondisi rusak
3.
Jalan
15  km
kondisi rusak
4.
Jembatan
-  Unit
-

                 Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah Kereta ( Di desa ini belum ada sarana transportasi umum, seperti bus, mikrolet atau sejenisnya.

                 Jaringan listrik dari PLN Belum/sudah tersedia di desa ini, sehingga hampir semua rumah tangga menggunakan Lampu Obor/PLN untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.  Bahwa anak sekolah belajar malam menggunakan lampu/obor tersebut sehingga daya tangkap siswa pelajar masih rendah/baik.


                 Di seluruh wilayah desa, air bersih dapat diperoleh dari sungai. Sehingga masalah air bersih di desa   masih perlu diperhatikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut